LIK REJEKI

Selasa, 08 Juli 2014

Topeng



Anda bisa mengenal, menandai wajahnya, dan ingat siapa dia, yang fotonya terpapang atau tergantung di dinding!? itu hanya bisa terjadi, karena ia tak menutup wajahnya dengan apa pun. Dengan demikian, siapa bisa mengenal, mengasihi, atau membencinya.

Banyak orang, biasanya, ingin tampil apa adanya; apa adanya dalam kata, tindaka, dan tulisan. Dengan demikian apa-apa yang ditampilkan merupakan ekpresi dari dalam dirinya. Sehingga, kadang ada yang mengatakan bahwa seseorang dapat terbaca melalui kata, tindakan, dan tulisannya.

Akan tetapi, dalam perkembangannya, cukup sulit untuk menemukanorang-orang yang dapat terbaca tersebut; hal itu terjadi karena mereka menggunakan atau memakai sesuatu.
Sesuatu yang bisa dan biasa dipakai untuk menutupi sesuatu; sesuatu dia awal kalimat  bisa kain, kayu, kulit, kertas, plastik, dan lain sebagainya; sesuatu yang berikutnya, bisa sesuatu yang hidup, mati, atau pun benda-benda tertentu. Apa pun bentuk dan modelnya serta bahan dasarnya, fungsinya adalah untuk menyembunyikan yang sebenarnya, serta menampilkan ketidakaslian - memperlihatkan yang tak sebenarnya.

Fungsi kontradiktif menyembunyikan dan menampilkan itulah, yang menjadikan banyak orang akrab dengan benda-benda yang berfungsi sebagai penutup tersebut. Akan tetapi, dalam perkembangan kemudian, ada juga yang tidak menutupi sesuatu sehingga tak terlihat, namun transparan, jelas, tampil apa adanya, namun sebetulnya  tertutup dan tak terlihat.

Ko’ bisa …!? misalnya, seseorang tampil dengan wajah yang jelas, tanpan, bersih, gagah ataupun cantik dan manis, itu yang terlihat, namun ia menyembunyikan jati dirinya yang sebenarnya. Dengan demikian ia sebetulnya menggunakan penutup diri (yang abstrak namun nyata; untuk ini, ku juga bingung menggunakan istilah yang pas), serta tak menampilkan yang sebenarnya.

Itu hebatnya si alat penutup tersebut, menutupi/menyembunyikan sekaligus terbuka dan terlihat - menyembunyikan serta memperlihatkan; dan di planet Bumi ini, tak ada alat/benda canggih, berfungsi ganda yang kontradiktif pada saat sama.

Agaknya, karena hebatan itulah, maka kini (dan mungkin sejak masa lalu),benda tersebut paling sering dipakai secara konkrit serta abstrak.
  • Lihat saja, politisi/kus, anggota parlemen, menteri, gubenrnur, bupati, tokoh agama, dan seterusnya, terlihat dengan jelas dan nyata betapa anggun, berwibawa, bermoral baik, berteladan dan lain sebagainya. Akan tetapi, di balik tampilan wah tersebut, tak sedikit dari antara mereka adalah koruptor, pencuri uang rakyat, tanpa etika, bermoral rendah dan seterusnya.
  • Atau, pada satu sisi, mereka tampil sebagai tokoh - pemuka yang berteladan, namun di sisi lain, ia (mereka) adalah seseorang yang tak patut diteladani dan menjadi contoh.
  • Bisa saja, ada orang tampilan dirinya sebagai ayah, suami sejati dan ideal, namun di balik itu, ia juga seorang poligamist ilegal ataupun pemberang;  mungkin juga sebaliknya dari hal tersebut.

Nah, itulah sesuatu yang bisa dan biasa dipakai untuk menutupi sesuatu.Mungkin kita (termasuk saya yang sementara membaca) pernah menggunakan atau memakainuya;!? jawaban pastinya terjawab dalam diri masing-masing.

And mungkin saja diriku yang membaca ini, juga menggunakannya; menggunakan sesuatu untuk menutupi diri agar dikatakan bisa, hebat, luar biasa, mampu, toleran, dan semua yangg postif laiinya, namun ketika sesuatu itu dibuka, maka terlihat kebalikannya.

Tampilan diri dengan gunakan penutup itu ada di mana-mana; ada di media, parlemen, di masyarakat, atau di segala tempat. Mereka bisa bersembunyi di balik institusi resmi maupun tidak; dan ketika dirinya, idiologinya, golongannya terusik atau merasa ada yang ganggu, maka dengan kekuasaan atau wewenang yang ada padanya, ia atau mereka melakukan penindasan, kekerasan, ataupun tindakan-tindakan yang tak terpuji.

Tragis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar