LIK REJEKI

Tampilkan postingan dengan label Perempuan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Perempuan. Tampilkan semua postingan

Selasa, 08 Juli 2014

Perempuan Menurut Perempuan


Semua agama samawi (Yahudi-Katolik-Kristen-Islam) mempunyai pandangan yang hampir sama tentang asal mula manusia laki-lakidan manusia perempuan Ajaran agama-agama tersebut (walaupun dengan pengungkapan yang berbeda)  setuju bahwa Tuhan lah yang menciptakan alam semesta dan segala sesuatu yang terbentang di dalamnya, termasuk manusia.

1358080932959695739Sang Pencipta, menciptakan manusia dalam perbedaan gender yang sepadan, agar mereka saling menghormati dan menghargai. Ini berarti (kita) tidak boleh membagi manusia menurut berbagai perbedaan kaya miskin, kedudukan, derajat dalam masyarakat, bahkan meniadakan sentimengender

Akan tetapi, dalam perkembangan kemudian, suasana harmonis antaramanusia laki dan manusia perempuan tersebut menjadi rusak. Bumi (tepatnya lingkungan hidup dan kehidupan) menjadi dunianya laki-laki, danrumah atau tempat tinggal menjadi dunianya perempuan. Ketidakharmonisan ini semakin berkembang sehingga perempuan tidak lagi dinilai sebagai manusia seutuhnya tetapi dihargai sama seperti harta milik seorang laki-laki. Karena sebagai harta milik, maka perempuan “menjadi sekedar aksesoris laki-laki yang memilikinya.” Perempuan diberi “batasan dan larangan-larangan” sehingga walaupun dalam hatinya ia memberontak tetapi suara dan gerakanpemberontakkannya tidak terdengar.

Pada umumnya, perempuan tetap berada dalam kotak “sebagai mahluk lemah yang membutuhkan perlindungan” dan harus ditolong, serta hanya mampu berkarya dalam dunianya yaitu memasak, melahirkan dan menyusui anak-anak. Sikon seperti itu, menjadikan perempuan hanya berusaha dan berkarya di lingkungan yang tidak mampu dilakukan oleh laki-laki. Artinya hanya mengfokuskan diri sebagai makhluk yang haid, hamil, melahirkan, dan menyusui, serta menyediakan makanan untuk laki-laki.

Padahal, yang seharusnya terjadi adalah kemitrasejajaran harmonis antara laki-laki dan perempuan yang ditandai dengan adanya sikap saling peduli, menghormati, menghargai, membantu, dalam suasana kebersamaan, dalam proses pembangunan, kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara, termasuk bidang keagamaan. Perempuan mempunyai potensi yang sama baiknya dengan laki-laki. Namun, potensi itu (kadang) belum kelihatan (akibat perlakuan tak seimbang yang ia dapatkan/terima), karena itu harus terus digali dan ditumbuhkan.

Pemberdayaan perempuan sesungguhnya mengacu pada semua manusia diciptakan dengan hak-hak yang sama. Jadi, wajar jika perempuan mendapat kesempatan sama dalam bidang pekerjaan, peran dalam masyarakat, serta aspek-aspek lainnya dalam hidup dan kehidupan. 

RH/JM/OI