LIK REJEKI

Selasa, 08 Juli 2014

Fragmentasi

Fragmentasi yang dimaksud di sini adalah hubungan antara manusia pada suatu rentang waktu dan lokasi tertentu. Artinya, pada suatu lokasi tertentu, terjadi hubungan antar manusia yang penuh keakraban, tulus, jujur, dan penuh keramahan; namun kemudian menjadi putus setelah mereka keluar dari lokasi tersebut; lamanya hubungan itu, terbatas pada keberadaan pada lokasi mereka berhubungan. 
Fragmen artinya bagian-bagian kecil suatu benda, namun masih terlihat ciri-ciri asalnya; fragmen juga bermakna babak atau bagian dari suatu sandiwara atau drama. Tetapi, fragmentasi yang dimaksud di sini adalah hubungan antara manusia pada suatu rentang waktu dan lokasi tertentu. Artinya, pada suatu lokasi tertentu, terjadi hubungan antar manusia yang penuh keakraban, tulus, jujur, dan penuh keramahan; namun kemudian menjadi putus setelah mereka keluar dari lokasi tersebut; lamanya hubungan itu, terbatas pada keberadaan pada lokasi mereka berhubungan. 
Pada umumnya fragmentasi yang terjadi atau terbangun itu, mendatangkan manfaat pada orang lain [biasanya orang-orang dekat]; hubungan timbal balik yang erat, dan hanya terjadi pada rentang waktu dan tempat tertentu. 
Misalnya, hubungan baik antara guru dengan orang tua, selama anaknya menjadi murid atau belajar di sekolah tertentu. Melalui hubungan itu, orang tua mengharapkan anaknya mendapat perhatian lebih dari guru. Tetapi, ketika anaknya lulus, maka keakraban hubungan yanag pernah terbangun menjadi hilang, bahkan seakan tidak pernah saling mengenal. Bisa juga terjadi ketika interaksi di tempat duduk pesawat, KA, bus antar kota, dll, ada percakapan yang akrab, namun setelah sampai di tujuan, maka terlupakan dan saling melupakan;  
Interaksi sosial, rakyat Indonesia, bangsa dan negaraku, juga hampir sama; setiap hari ada atau terjadi hubungang, namun cepat sekali saling melupakan, dan bahkan menjatuhkan dengan nada amarah serta kebencian.  
Fragmentasi, sesaat menyatukan karena untuk mencapai tujuan yang sama dan hampir sama; dan setelah mencapai tujuan, kembali saling tak mempedulikan.
Fragmentasi menjadikan persahabatan, hubungan, koalisi, keakraban dan hubungan antar manusia menjadi SEMU, berdasarkan kepentingan dan keuntungan; tidak ada perhatian, tidak ada kasih, tidak simpati dan empati; semuanya penuh “demi tujuan atau mencapai tujuan”
Lalu, di mana model interaksi kita; antara diri mu dengan sesama pada sikon hidup dan kehidupan sekarang in.

RH/OI

Nilai-nilai Hidup dan Kehidupan


Nilai-nilai hidup dan kehidupan merupakan hasil kebudayaan; atau salah satu unsur kebudayaan adalah nilai-nilai hidup dan kehidupan? Kedua-duanya tidak dapat dipisahkan karena mempunyai kaitan erat. Jika kebudayaan dimengerti sebagai hasil cipta manusia untuk memperbaiki, mempermudah, dan meningkatkan kualitas diri; maka nilai-nilai hidup dan kehidupan merupakan hasil kebudayaan. Akan tetapi, jika kebudayaan dimengerti sebagai keseluruhan kemampuan [pikiran, kata, dan tindakan atau perbuatan] manusia; maka nilai-nilai hidup dan kehidupan merupakan unsur-unsur kebudayaan yang digunakan untuk berinteraksi dengan lingkungan dan sesuai sikonnya.


1381018664130619343Pada interaksi antar manusia, biasanya mencerminkan etika, etiket, dan kata-kata maupun tindakan etis yang ada atau melekat pada diri mereka. Di samping itu, juga memperlihatkan nilai dan norma yang dianut atau diberlakukan dalam hidup dan kehidupannya. Menurut maknanya, etika, etiket, hal-hal etis, nilai, dan norma dapat berlaku atau mempunyai kesamaan secara universal.

Akan tetapi, jika diterjemahkan ke dalam bentuk-bentuk kata dan tindakan serta perilaku dalam interaksi antar manusia; maka berbeda sesuai sikon serta lingkungan interaksi itu terjadi. Orang-orang di benua Amerika, Eropa, Asia mempunyai pengertian atau pun pemahaman yang relatif sama tentang etika, etiket, hal-hal etis, nilai, norma. Namun, ada kata-kata, tindakan, dan perilaku keseharian yang telah menjadi kebiasaan orang-orang Amerika dan Eropa yang berbeda dengan masyarakat Asia maupun Afrika, dan seterusnya. Dan jika kebiasaan-kebiasaan itu dipraktekkan pada sikon Asia, maka dianggap [atau pun disebut dan dituduh] tidak etis dan tak sesuai nilai-nilai atau pun norma ketimuran, dan lain sebagainya.

Sedangkan hidup dan kehidupan merupakan seluruh aspek yang bertalian dengan manusia serta kemanusiaannya; dalam hubungannya dengan sesama dan Ilahi.

Jadi, nilai-nilai hidup dan kehidupan merupakan keseluruhan tampilan diri, sikap, kata, perbuatan manusia sesuai sikonnya. Nilai-nilai hidup dan kehidupan manusia biasanya dipengaruhi oleh masukan-masukan dari luar dirinya sejak kecil. Hal-hal tersebut, antara lain,
  • agama atau ajaran-ajaran agama, biasanya bersifat mutlak; artinya tertanam dan berakarnya nilai-nilai dalam diri seseorang, yang kadang telah menjadi prinsip hidupnya, merupakan akibat dari pemahaman keagamaan yang kuat dan mendalam; dan seringkali ia tidak bisa menjelaskan alasan-alasan mempunyai prinsip [yang mungkin orang lain menganggap sebagai suatu kekakuan], namun karena imannya, ia tetap pada pendiriannya
  • norma atau pun kebiasaan yang berlaku dalam komunitas; norma-norma yang berlaku pada suatu komunitas biasanya bersifat warisan bersama; artinya semua anggota komunitas menyetujui dan mempraktekkannya. Karena merupakan warisan bersama, maka hal itu terus-menerus diturunkan kepada generasi berikut; dan bisa dipakai sebagai salah satu indentitas bersama pada komunitas tersebut; dengan demikian, sampai kapan atau dimana pun ia berada, maka selalu mempertahankan nilai-nilai tersebut
  • pendidikan formal dan informal, disiplin, latihan, bimbingan orang tua maupun guru; semuanya itu merupakan penanaman nilai-nilai yang dilakukan sejak dini oleh orang dewasa ke dalam diri seseorang atau anak-anaknya. Proses penanaman itu dilakukan secara sengaja maupun tidak, dengan tujuan tertanam nilai-nilai luhur, baik, dan benar, yang menjadikan seseorang, dapat diterima oleh sesamanya
  • interaksi sosial yang membawa perubahan pikiran dan tujuan mengungkapkan kata serta melakukan tindakan
  • pengalaman serta wawasan yang didapat karena adanya interaksi dengan orang lain serta keterbukaan menyerap hal-hal baru
Dengan demikian, ada kesamaan nilai-nilai hidup dan kehidupan yang ada di suatu komunitas masyarakat; kesamaan yang berlaku dan diterima oleh seluruh anggota komunitas. Hal tersebut, termasuk nilai-nilai keagamaan, berlaku untuk semua umat yang menganut agama. Walaupun demikian, pada masing-masing orang [tiap-tiap pribadi] ada nilai-nilai yang khas, sesuai dengan masukan-masukan yang didapatkannya. Dan bisa saja [seringkali] terjadi, nilai-nilai hidup dan kehidupan pada pribadi seseorangberbeda dengan yang berlaku dalam masyarakat. Nilai-nilai hidup dan kehidupan dalam masyarakat pun mempunyai aneka perbedaan tertentu karena berbagai latar belakang anggotanya.

Masukan-masukan [ajaran] keagamaan yang dominan pada seseorang sangat mempengaruhi nilai-nilai hidup dan kehidupannya. Orang yang mempunyai nila-nilai keagamaan yang baik, kokoh, dan kuat, akan menjadikan ia mampu bersifat kritis terhadap hal-hal ada di sekitarnya. Namun, nilai-nilai hidup dan kehidupan yang dominan [karena] ajaran agama tidak boleh menjadikan fanatisme keagamaan yang sempit. Nilai-nilai keagamaan dapat menjadi suatu saringan untuk mampu menahan diri terhadap semua pengaruh buruk. Dengan itu, jika seseorang yang mendapat masukan-masukan ajaran Kristen, maka ia akan mempunyai nilai-nilai kristiani dalam hidup dan kehidupannya.

JMP/RH

Topeng



Anda bisa mengenal, menandai wajahnya, dan ingat siapa dia, yang fotonya terpapang atau tergantung di dinding!? itu hanya bisa terjadi, karena ia tak menutup wajahnya dengan apa pun. Dengan demikian, siapa bisa mengenal, mengasihi, atau membencinya.

Banyak orang, biasanya, ingin tampil apa adanya; apa adanya dalam kata, tindaka, dan tulisan. Dengan demikian apa-apa yang ditampilkan merupakan ekpresi dari dalam dirinya. Sehingga, kadang ada yang mengatakan bahwa seseorang dapat terbaca melalui kata, tindakan, dan tulisannya.

Akan tetapi, dalam perkembangannya, cukup sulit untuk menemukanorang-orang yang dapat terbaca tersebut; hal itu terjadi karena mereka menggunakan atau memakai sesuatu.
Sesuatu yang bisa dan biasa dipakai untuk menutupi sesuatu; sesuatu dia awal kalimat  bisa kain, kayu, kulit, kertas, plastik, dan lain sebagainya; sesuatu yang berikutnya, bisa sesuatu yang hidup, mati, atau pun benda-benda tertentu. Apa pun bentuk dan modelnya serta bahan dasarnya, fungsinya adalah untuk menyembunyikan yang sebenarnya, serta menampilkan ketidakaslian - memperlihatkan yang tak sebenarnya.

Fungsi kontradiktif menyembunyikan dan menampilkan itulah, yang menjadikan banyak orang akrab dengan benda-benda yang berfungsi sebagai penutup tersebut. Akan tetapi, dalam perkembangan kemudian, ada juga yang tidak menutupi sesuatu sehingga tak terlihat, namun transparan, jelas, tampil apa adanya, namun sebetulnya  tertutup dan tak terlihat.

Ko’ bisa …!? misalnya, seseorang tampil dengan wajah yang jelas, tanpan, bersih, gagah ataupun cantik dan manis, itu yang terlihat, namun ia menyembunyikan jati dirinya yang sebenarnya. Dengan demikian ia sebetulnya menggunakan penutup diri (yang abstrak namun nyata; untuk ini, ku juga bingung menggunakan istilah yang pas), serta tak menampilkan yang sebenarnya.

Itu hebatnya si alat penutup tersebut, menutupi/menyembunyikan sekaligus terbuka dan terlihat - menyembunyikan serta memperlihatkan; dan di planet Bumi ini, tak ada alat/benda canggih, berfungsi ganda yang kontradiktif pada saat sama.

Agaknya, karena hebatan itulah, maka kini (dan mungkin sejak masa lalu),benda tersebut paling sering dipakai secara konkrit serta abstrak.
  • Lihat saja, politisi/kus, anggota parlemen, menteri, gubenrnur, bupati, tokoh agama, dan seterusnya, terlihat dengan jelas dan nyata betapa anggun, berwibawa, bermoral baik, berteladan dan lain sebagainya. Akan tetapi, di balik tampilan wah tersebut, tak sedikit dari antara mereka adalah koruptor, pencuri uang rakyat, tanpa etika, bermoral rendah dan seterusnya.
  • Atau, pada satu sisi, mereka tampil sebagai tokoh - pemuka yang berteladan, namun di sisi lain, ia (mereka) adalah seseorang yang tak patut diteladani dan menjadi contoh.
  • Bisa saja, ada orang tampilan dirinya sebagai ayah, suami sejati dan ideal, namun di balik itu, ia juga seorang poligamist ilegal ataupun pemberang;  mungkin juga sebaliknya dari hal tersebut.

Nah, itulah sesuatu yang bisa dan biasa dipakai untuk menutupi sesuatu.Mungkin kita (termasuk saya yang sementara membaca) pernah menggunakan atau memakainuya;!? jawaban pastinya terjawab dalam diri masing-masing.

And mungkin saja diriku yang membaca ini, juga menggunakannya; menggunakan sesuatu untuk menutupi diri agar dikatakan bisa, hebat, luar biasa, mampu, toleran, dan semua yangg postif laiinya, namun ketika sesuatu itu dibuka, maka terlihat kebalikannya.

Tampilan diri dengan gunakan penutup itu ada di mana-mana; ada di media, parlemen, di masyarakat, atau di segala tempat. Mereka bisa bersembunyi di balik institusi resmi maupun tidak; dan ketika dirinya, idiologinya, golongannya terusik atau merasa ada yang ganggu, maka dengan kekuasaan atau wewenang yang ada padanya, ia atau mereka melakukan penindasan, kekerasan, ataupun tindakan-tindakan yang tak terpuji.

Tragis

Manfaat Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme

KORUPSI
Korupsi merupakan tindakan seseorang dan kelompok yang menguntungkan serta memperkaya diri sendiri, keluarga, dan juga dan orang-orang dekat. Tindakan itu, dilakukan [secara sendiri dan kelompok] melalui pengelapan dan penyelewengan; manipulasi data keuangan, data jual-beli, dan lain-lain. Korupsi bisa dilakukan oleh siapa pun, pada semua bidang pekerjaan, kedudukan, jabatan; pada tataran institusi atau lembaga pemerintah, swasta, maupun organisasi keagamaan.
Nah, sisi positifnya, itu tadi, memperkaya diri sendiri, keluarga dan kelompok. Jadi, jika ingin disebut pahlawan (dalam)  kelompok - keluarga - parpol - dan mau disebut orang yang baik hati, suka membantu, suka menolong, suka amal, dan seterusnya, maka korupsi lah anda. Toh hasil korupsi (dan banyak uang) bisa menjadikan anda sampai ke/menjadi anggota parlemen, pengurus partai, orang terkenal, dan seterusnya
KOLUSI
Merupakan persepakatan antara dua [maupun lebih] orang ataupun kelompok dalam rangka menyingkirkan orang [kelompok lain], namun menguntungkan diri dan kelompok sendiri.  Biasanya persepakatan itu dilakukan secara rahasia, namun ada ikatan kuat karena saling menguntungkan. Lamanya suatu kolusi biasanya tergantung keuntungan yang  didapat; dan jika merugikan maka ikatan tersebut hilang secara alami. Kolusi dapat terjadi pada hampir semua bidang  pekerjaan dan profesi; politik, agama, organisasi, dan institusi. Dengan itu, kolusi dapat menghantar pada kepentingan dan demi keuntungan kelompok [misalnya kelompok politik dan SARA] maupun pribadi, sekaligus penyingkiran serta penghambatan terhadap orang lain.
Nah, ada juga sisi positifnya, yaitu adanya kesepakatan yang sangat melekat satu sama lain (karena ada uang hasil korupsi) - kesatuan hubungan - eratnya hubungan yang saling menguntungkan. Jika anda mau maju dengan cepat, maka tak bisa sendiri, perlu link yang solid. Cara terbaik untuk itu, ya,  membuat - membangun kolusi. Dan hasilnya akan luar biasa bagi diri sendiri dan kelompok.
NEPOTISME
Merupakan upaya dan tindakan seseorang [yang mempunyai kedudukan dan jabatan] menempatkan sanak saudara dan anggota keluarga besar, di berbagai jabatan dan kedudukan sehingga menguntungkannya. Nepotisme biasanya dilakukan oleh para pejabat atau pemegang kekuasaan pemerintah lokal sampai nasional; pemimpin perusahan negara; pemimpin militer maupun sipil; serta tokoh-tokoh politik. Mereka menempatkan para anggota atau kaum keluarganya tanpa mempertimbangkan kapasitas dan kualitasnya. Pada umumnya, nepotisme dilakukan dengan tujuan menjaga kerahasiaan jabatan dan kelanjutan kekuasaan; serta terjadi kesetiaan dan rasa takluk dari mereka mendapat kedudukan dan jabatan sebagai balas budi.
Nah, nepotisme juga mempunyai sisi positifnya; Siapa sich (terutama mereka yang mempunyai kuasa dan kekuasaan) yang tak mau sanak-saudaranya mempunyai (ada) jabatan - mempunyai kedudukan - mempunyai tingkat ekonomi yang memadai!?  Tentu hampir semua orang inginkan seperti itu.  Nepotisme adalah jalan keluar yang baik dan cepat. Walau, sanak - saudara itu tak punya kualitas, kurang wawasan - tak mampu memimpin, jangan lihat itu, yang penting angkat mereka - taruh mereka di jabatan tertentu (terutama yang bisa korupsi). Pasti, mereka akan cepat kaya dan banyak uang. Mereka juga akan loyal serta menjadi penjilat.
 R Hudoyo